Menurut Guerreiro (2008), komunikasi matematik
merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai
fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Komunikasi memungkinkan
berfikir matematis dapat diamati dan karena itu komunikasi memfasilitasi
pengembangan berfikir. Selain itu (MES, 2009), komunikasi matematik merupakan
salah satu komponen proses pemecahan masalah matematis.
Komunikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan
bahasa matematik untuk mengekspresikan gagasan matematik dan argument dengan
tepat, singkat dan logis. Komunikasi membantu siswa mengembangkan pemahaman
mereka terhadap matematika dan mempertajam berfikir matematis mereka.
Pengertian yang lebih luas tentang komunikasi
matematis dikemukakan oleh Romberg dan Chair (Sumarmo, 2000) yaitu: (a)
menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (b)
menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (c) menyatakan peristiwa sehari-hari
dalam bahasa atau symbol matematika; (d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis
tentang matematika; (e) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi; (f) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang
telah dipelajari.
Kata komunikasi berasal dari kata communication yang
dalam Kamus Inggris-Indonesia (John dan Shadily, 2000: 131) berarti hubungan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa
komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi secara
konseptual yaitu memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan,
pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar
hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Abdul Halim Fathoni (2005)
menyebutkan bahwa komunikasi atau hubungan dapat terjadi dalam matematika,
diantaranya dalam:
a. Dunia
nyata, antara lain ukuran dan bentuk lahan dalam dunia pertanian (geometri),
banyaknya barang dan nilai uang logam dalam dunia bisnis dan perdagangan
(bilangan), ketinggian pohon dan bukit (trigonometri).
b. Struktur
abstrak dari suatu sistem, antara lain struktur sistem bilangan (grup, ring),
struktur penalaran (logika matematika), struktur berbagai gejala dalam
kehidupan manusia (pemodelan matematika).
c. Matematika
sendiri yang merupakan bentuk komunikasi matematika yang digunakan untuk
pengembangan diri matematika.
Secara
umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan atau
kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse). Peressini dan Bassett (NCTM, 1996: 63)
berpendapat bahwa dengan komunikasi matematika maka tingkat kemampuan pemahaman
siswa tentang konsep dan aplikasi matematika dapat lebih mudah dipahami. Ini
berarti, dengan adanya komunikasi matematika guru dapat lebih memahami
kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang
konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Dalam bagian lain Lindquist
(NCTM, 1996: 71) berpendapat, “Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan
suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya,
maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar,
dan assessment matematika.”
Maksud
dari pendapat Lindquist tersebut yakni bahwa komunikasi matematika merupakan
kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama
belajar, mengajar, dan assessment matematika. Assessment dalam
matematika merupakan proses penentuan apakah siswa sudah paham terhadap
konsep-konsep matematika yang telah dipelajari selama kegiatan pembelajaran
(Erman Suherman, dkk, 2003: 80).
Irianto
Ansari (2003) berpendapat bahwa komunikasi matematika memegang peranan penting
dalam membantu siswa membangun hubungan antara aspek-aspek informal dan
intuitif dengan bahasa matematika yang abstrak, yang terdiri atas simbol-simbol
matematika, serta antara uraian dengan gambaran mental dari gagasan matematika.
Komunikasi matematika ini meliputi persoalan dalam skala kecil, yaitu
penggunaan simbol dengan tepat dan persoalan dalam skala besar, yaitu menyusun
argumen suatu pernyataan secara logis (Elliot, Portia C & Kenney, Margaret
J , 2001).
Selain
itu Irianto Ansari (2003), komunikasi matematika bukan hanya sekedar menyatakan
ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuan siswa dalam hal
bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi,
bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah
dipelajari.
Berdasarkan
beberapa defenisi diatas maka kemampuan komunikasi matematika adalah tingkat
kemampuan pemahaman siswa tentang konsep dan aplikasi matematika dapat lebih
mudah dipahami, kemampuan siswa dalam
menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari, membangun hubungan antara aspek-aspek informal
dan intuitif dengan bahasa matematika yang abstrak, yang terdiri atas
simbol-simbol matematika, serta antara uraian dengan gambaran mental dari
gagasan matematika. Komunikasi matematika ini meliputi persoalan dalam skala
kecil, yaitu penggunaan simbol dengan tepat dan persoalan dalam skala besar,
yaitu menyusun argumen suatu pernyataan secara logis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar