Ketika para
siswa berpikir, merespon, berdiskusi, menjelaskan, menulis, membaca,
mendengarkan dan mengkaji tentang konsep-konsep matematika, mereka meraup
keuntungan ganda yaitu; mereka berkomunikasi untuk mempelajari matematika, dan
mereka belajar untuk berkomunikasi secara matematika (NCTM, 2000). Ketika
melakukakan tugas matematika terdapat beberapa proses matematik, yaitu;
pemecahan masalah, representasi, refleksi, penalaran dan pembuktian, koneksi,
pemilihan alat dan strategi komputasi,
dan komunikasi (Yeager, A dan Yeager, R., 2008). Komunikasi mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses matematik yang lain, dimana
komunikasi diperlukan untuk melengkapi
dari setiap proses matematik yang lain.
Ketika para
siswa berpikir, merespon, berdiskusi, menjelaskan, menulis, membaca,
mendengarkan dan mengkaji tentang konsep-konsep matematika, mereka meraup
keuntungan ganda yaitu; mereka berkomunikasi untuk mempelajari matematika, dan
mereka belajar untuk berkomunikasi secara matematika (NCTM, 2000).
Pentingnya
komunikasi matematik, juga dikemuakan oleh Peressini dan Bassett (dalam NCTM,
1996). Mereka berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti, komunikasi dalam
matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan
mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.
Memperkuat
pendapat Guerreiro, Lindquist (NCTM, 1996) mengemukakan, jika kita sepakat
bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa
terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan
esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika.
Ada dua alasan
penting yang dikemukakan oleh Baroody (dalam Lim dan Chew, 2007), mengapa
komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Pertama,
matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri.
Matematika tidak hanya merupakan alat berpikir yang membantu kita untuk
menemukan pola, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan, tetapi juga sebuah
alat untuk mengomunikasikan pikiran kita tentang berbagai ide dengan jelas,
tepat dan ringkas. Bahkan, matematika dianggap sebagai "bahasa
universal" dengan simbol-simbol dan struktur yang unik. Semua orang di
dunia dapat menggunakannya untuk mengomunikasikan informasi matematika meskipun
bahasa asli mereka berbeda. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan
aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan
murid. Dalam proses belajar dan mengajar, sangat penting mengemukakan pemikiran
dan gagasan itu kepada orang lain melalui bahasa. Pada dasarnya pertukaran
pengalaman dan ide ini merupakan proses mengajar dan belajar. Tentu saja,
berkomunikasi dengan teman sebaya sangat penting untuk pengembangan
keterampilan berkomunikasi sehingga dapat belajar berfikir seperti seorang
matematikawan dan berhasil menyelesaikan masalah yang benar-benar baru.
Sehingga, Baroody mengusulkan bahwa dengan mendorong anak-anak untuk
mengungkapkan ide-ide mereka adalah merupakan suatu cara terbaik bagi mereka
untuk menemukan kesenjangan, inkonsistensi, atau ketidakjelasan dalam pemikiran
mereka (dalam Lim dan Chew, 2007). Ini menyiratkan pentingnya menjamin
kemahiran murid dalam berbahasa sehingga mereka mampu berkomunikasi dan belajar
yang baik dengan menggunakan bahasa tersebut.
Jadi peran
komunikasi matematika adalah mendorong anak-anak untuk mengungkapkan ide-ide
mereka adalah merupakan suatu cara terbaik bagi mereka untuk menemukan
kesenjangan, inkonsistensi, atau ketidakjelasan dalam pemikiran mereka,
komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam
menginterpretasikan dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar